Maknadan tafsir dari surah An-Nas ayat 1-6 menurut Tafsir Kemenag ialah dalam ayat tersebut Allah memerintahkan Nabi Muhammad termasuk umatnya agar memohon perlindungan kepada Tuhan yang menciptakan hingga menjaga kelangsungan hidup manusia dengan nikmat dan kasih sayang-Nya serta memberi peringatan kepada mereka dengan ancaman-ancaman-Nya.

Surah An-Nas memiliki kedudukan tersendiri di dalam Al-Qur'an. An-Nas yang berarti manusia, merupakan surat terakhir dalam tata urutan isi Al-Qur'an. Surat ini termasuk dalam kategori surat makkiyah. Memahami isi kandungan, asbabun nuzul, atau tafsir daripada isi surat an-Nas sangatlah penting. Berikut tafsir surat an-Nas ayat 1-6 dalam tafsir Ibnu Katsir. قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ 1 مَلِكِ النَّاسِ 2 إِلَهِ النَّاسِ 3 مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ 4 الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ 5 مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ 6 Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhan yang memelihara dan menguasai manusia. Raja manusia. Sembahan manusia, dari kejahatan bisikan setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia, dari golongan jin dan manusia. Ketiga ayat yang pertama merupakan sebagian dari sifat-sifat Allah Swt. yaitu sifat Rububiyah Tuhan, sifat Al-Mulk Raja, dan sifat Uluhiyyah Yang disembah. Dia adalah Tuhan segala sesuatu, Yang memilikinya dan Yang disembah oleh semuanya. Maka segala sesuatu adalah makhluk yang diciptakan-Nya dan milik-Nya serta menjadi hamba-Nya. Orang yang memohon perlindungan diperintahkan agar dalam permohonannya itu menyebutkan sifat-sifat tersebut agar dihindarkan dari kejahatan godaan yang bersembunyi, yaitu setan yang selalu mendampingi manusia. Karena sesungguhnya tiada seorang manusia pun melainkan mempunyai qarin pendampingnya dari kalangan setan yang menghiasi perbuatan-perbuatan fahisyah hingga kelihatan bagus olehnya. Setan itu juga tidak segan-segan mencurahkan segala kemampuannya untuk menyesatkannya melalui bisikan dan godaannya, dan orang yang terhindar dari bisikannya hanyalah orang yang dipelihara oleh Allah Swt. Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا قَدْ وُكِلَ بِهِ قَرِينَةٌ Tiada seorang pun dari kamu melainkan telah ditugaskan terhadapnya qarin teman setan yang mendampinginya. Mereka bertanya, "Juga termasuk engkau, ya Rasulullah?" Beliau Saw. menjawab نَعَمْ إِلَّا أَنَّ اللَّهَ أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلَا يَأْمُرُنِي إِلَّا بِخَيْرٍ» Ya, hanya saja Allah membantuku dalam menghadapinya; akhirnya ia masuk Islam, maka ia tidak memerintahkan kepadaku kecuali hanya kebaikan. Dan di dalam kitab Sahihain disebutkan dari Anas tentang kisah kunjungan Safiyyah kepada Nabi Saw. yang saat itu sedang i'tikaf, lalu beliau keluar bersamanya di malam hari untuk menghantarkannya pulang ke rumahnya. Kemudian Nabi Saw. bersua dengan dua orang laki-laki dari kalangan Ansar. Di saat melihat Nabi Saw., bergegaslah keduanya pergi dengan cepat. Maka Rasulullah Saw. bersabdaPerlahan-lahanlah kamu berdua, sesungguhnya ia adalah Safiyyah binti Huyayyin. Maka keduanya berkata.”Subhanallah, ya Rasulullah." Rasulullah Saw. bersabda إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ وَإِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا شَيْئًا- أَوْ قَالَ شَرًّا» Sesungguhnya setan itu mengalir ke dalam tubuh anak Adam melalui aliran darahnya. Dan sesungguhnya aku merasa khawatir bila dilemparkan sesuatu prasangka buruk ke dalam hati kamu berdua. Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bahr, telah menceritakan kepada kami Addiy ibnu Abu Imarah, telah menceritakan kepada kami Ziyad An-Numairi, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda إِنَّ الشَّيْطَانَ وَاضِعٌ خَطْمَهُ عَلَى قَلْبِ ابْنِ آدَمَ فَإِنْ ذَكَرَ الله خَنَسَ، وَإِنْ نَسِيَ الْتَقَمَ قَلْبَهُ فَذَلِكَ الْوَسْوَاسُ الْخَنَّاسُ» Sesungguhnya setan itu meletakkan belalainya di hati anak Adam. Jika anak Adam mengingat Allah, maka bersembunyi; dan jika ia lupa kepada Allah, maka setan menelan hatinya; maka itulah yang dimaksud dengan bisikan setan yang tersembunyi. Hadis ini berpredikat garib. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Asim, bahwa ia pernah mendengar Abu Tamimah yang menceritakan hadis berikut dari orang yang pernah dibonceng oleh Nabi Saw. Ia mengatakan bahwa di suatu ketika keledai yang dikendarai oleh Nabi Saw. tersandung, maka aku berkata, "Celakalah setan itu." Maka Nabi Saw. bersabda لَا تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ تَعِسَ الشَّيْطَانُ تَعَاظَمَ وَقَالَ بِقُوَّتِي صَرَعْتُهُ وَإِذَا قُلْتَ بِاسْمِ اللَّهِ تَصَاغَرَ حَتَّى يصير مثل الذباب وغلب Janganlah engkau katakan, "Celakalah setan.” Karena sesungguhnya jika engkau katakan, "Celakalah setan, "maka ia menjadi bertambah besar, lalu mengatakan, "Dengan kekuatanku, aku kalahkan dia.” Tetapi jika engkau katakan, "Bismillah, "maka mengecillah ia hingga menjadi sekecil lalat. Hadis diriwayatkan oleh Imam Ahmad, sanadnya jayyid lagi kuat. Dan di dalam hadis ini terkandung makna yang menunjukkan bahwa hati itu manakala ingat kepada Allah, setan menjadi mengecil dan terkalahkan. Tetapi jika ia tidak ingat kepada Allah, maka setan membesar dan dapat mengalahkannya. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-Hanafi, telah menceritakan kepada kami Ad-Dahhak ibnu Usman, dari Sa'id Al-Maqbari, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا كَانَ فِي الْمَسْجِدِ جَاءَهُ الشَّيْطَانُ فَأَبَسَ بِهِ كَمَا يَبِسُ الرَّجُلُ بِدَابَّتِهِ، فَإِذَا سَكَنَ لَهُ زَنَقَهُ أَوْ أَلْجَمَهُ» Sesungguhnya seseorang di antara kamu apabila berada di dalam masjid, lalu setan datang, lalu setan diikat olehnya sebagaimana seseorang mengikat hewan kendaraannya. Dan jika ia diam tidak berzikir kepada Allah, maka setan berbalik mengikat dan mengekangnya. Abu Hurairah mengatakan bahwa kalian dapat menyaksikan hal tersebut. Adapun yang dimaksud dengan maznuq yakni orang yang diikat pada lehernya, maka engkau lihat dia condong seperti ini tidak berzikir kepada Allah. Adapun orang yang dikekang, maka ia kelihatan membuka mulutnya dan tidak mengingat Allah Saw. hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid. Sa'id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya setan yang biasa bersembunyi. An-Nas 4 Bahwa setan bercokol di atas hati anak Adam. Maka apabila ia lupa dan lalai kepada Allah setan menggodanya; dan apabila ia ingat kepada Allah maka setan itu bersembunyi. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah. Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman telah meriwayatkan dari ayahnya, bahwa pernah diceritakan kepadanya, sesungguhnya setan yang banyak menggoda itu selalu meniup hati anak Adam manakala ia sedang bersedih hati dan juga manakala sedang senang hati. Tetapi apabila ia sedang ingat kepada Allah, maka setan bersembunyi ketakutan. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya, Al-waswas," bahwa makna yang dimaksud ialah setan yang membisikkan godaannya; apabila yang digodanya taat kepada Allah, maka setan bersembunyi. Firman Allah Swt. {الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ} yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia. An-Nas 5 Apakah makna ayat ini khusus menyangkut Bani Adam saja sebagaimana yang ditunjukkan oleh makna lahiriah ayat, ataukah lebih menyeluruh dari itu menyangkut Bani Adam dan jin? Ada pendapat mengenainya, yang berarti makhluk jin pun termasuk ke dalam pengertian lafaz an-nas secara prioritas. Ibnu Jarir mengatakan bahwa adakalanya digunakan lafaz rijalun minal jin laki-laki dari kalangan jin ditujukan terhadap mereka, maka tidaklah heran bila mereka jin dikatakan dengan istilah an-nas. Firman Allah Swt. {مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ} dari golongan jin dan manusia. An-Nas 6 Apakah ayat ini merupakan rincian dari firman-Nya yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia. An-Nas 5 Kemudian dijelaskan oleh firman berikutnya dari golonganjin dan manusia. An-Nas 6 Hal ini menguatkan pendapat yang kedua. Dan menurut pendapat yang lainnya, firman-Nya berikut ini dari golongan jin dan manusia. An-Nas 6 merupakan tafsir dari yang selalu membisikkan godaannya terhadap manusia, yaitu dari kalangan setan manusia dan setan jin. Sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya وَكَذلِكَ جَعَلْنا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَياطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap itu musuh, yaitu setan-setan dari jenis manusia dan dari jenis jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipumanusia. Al-An'am 112 Dan semakna dengan apa yang disebutkan oleh Imam Ahmad, bahwa حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا الْمَسْعُودِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو عُمَر الدِّمَشْقِيُّ، حَدَّثَنَا عُبَيْدِ بْنِ الْخَشْخَاشِ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ، فَجَلَسْتُ، فَقَالَ "يَا أَبَا ذَرٍّ، هَلْ صَلَّيْتَ؟ ". قُلْتُ لَا. قَالَ "قُمْ فَصَلِّ". قَالَ فَقُمْتُ فَصَلَّيْتُ، ثُمَّ جَلَسْتُ فَقَالَ "يَا أَبَا ذَرٍّ، تَعَوَّذْ بِالْلَّهِ مِنْ شَرِّ شَيَاطِينِ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ". قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلِلْإِنْسِ شَيَاطِينُ؟ قَالَ "نَعَمْ". قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، الصَّلَاةُ؟ قَالَ "خَيْرُ مَوْضُوعٍ، مَنْ شَاءَ أَقَلَّ، وَمَنْ شَاءَ أَكْثَرَ". قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَا الصَّوْمُ؟ قَالَ "فَرْضٌ يُجْزِئُ، وَعِنْدَ اللَّهِ مَزِيدٌ". قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَالصَّدَقَةُ؟ قَالَ "أَضْعَافٌ مُضَاعَفَةٌ". قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّهَا أَفْضَلُ؟ قَالَ "جُهد مِنْ مُقل، أَوْ سِرٌّ إِلَى فَقِيرٍ". قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الْأَنْبِيَاءِ كَانَ أَوَّلَ؟ قَالَ "آدَمُ". قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَنَبِيٌّ كَانَ؟ قَالَ "نَعِمَ، نَبِيٌّ مُكَلَّم". قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَمِ الْمُرْسَلُونَ؟ قَالَ "ثَلَثُمِائَةٍ وَبِضْعَةَ عَشْرَ، جَمًّا غَفيرًا". وَقَالَ مَرَّةً "خَمْسَةَ عَشْرَ". قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّمَا أُنْزِلَ عَلَيْكَ أعظم؟ قَالَ "آيَةُ الْكُرْسِيِّ {اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ} telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Al-Mas’udi, telah menceritakan kepada kami Abu Umar Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Ubaid Al-Khasykhasy, dari Abu Zaryang telah menceritakan bahwa ia datang kepada Rasulullah Saw. yang saat itu berada di dalam masjid. lalu ia duduk. maka Rasulullah Saw. bertanya, "Hai Abu Zar, apakah engkau telah salat?" Aku Abu Zar menjawab, "Belum." Rasulullah Saw. bersabda, "Berdirilah dan salatlah kamu!" Maka aku berdiri dan salat, setelah itu aku duduk lagi dan beliau Saw. bersabda Hai Abu Zar, mohonlah perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan setan jin. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah setan manusia itu ada?" Beliau Saw. menjawab, "Ya ada." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan salat?" Rasulullah Saw. menjawab Salat adalah sebaik-baik pekerjaan; barang siapa yang ingin mempersedikitnya atau memperbanyaknya hendaklah ia melakukan apa yang disukainya —dari salatnya itu—. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan puasa?" Rasulullah Saw. menjawab Amal fardu yang berpahala dan di sisi Allah ada tambahannya. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan sedekah?" Rasulullah Saw. menjawab, "Pahalanya dilipatgandakan dengan kelipatan yang banyak." Aku bertanya, "Manakah sedekah yang terbaik, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. menjawab Hasil jerih payah dari orang yang merasa sedikit atau yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi kepada orang yang fakir. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, nabi manakah yang paling pertama?" Beliau menjawab, "Adam." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah dia seorang nabi?" Nabi Saw. menjawab, "Ya, dia seorang nabi dan juga orang yang pernah diajak bicara langsung oleh Allah Swt." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, ada berapakah para rasul itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Tiga ratus belasan orang, jumlah yang cukup banyak." Di lain kesempatan beliau Saw. bersabda, "Tiga ratus lima belas orang rasul." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, wahyu apakah yang paling besar yang pernah diturunkan kepada engkau?" Rasulullah Saw. menjawab Ayat kursi, yaitu, "Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya.”Al-Baqarah 255 Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui Abu Umar Ad-Dimasyqi dengan sanad yang sama. Hadis ini telah diriwayatkan dengan sangat panjang lebar oleh Imam Abu Hatim ibnu Hibban di dalam kitab sahihnya melalui jalur Lain dan lafaz Lain yang panjang sekali; hanya Allah-Iah Yang Maha Mengetahui. قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ حَدَّثَنَا وَكِيع، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ ذَرِّ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الهَمْداني، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَدَّادٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي أُحَدِّثُ نَفْسِي بِالشَّيْءِ لَأَنْ أَخِرَّ مِنَ السَّمَاءِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَتَكَلَّمَ بِهِ. قَالَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي رَدَّ كَيْدَهُ إِلَى الْوَسْوَسَةِ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan, dari Mansur, dari Zar ibnu Abdullah Al-Hamdani, dari Abdullah ibnu Syaddad, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa seorang lelaki datang kepada Nabi Saw., lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya dalam hatiku timbul suatu pertanyaan yang tidak berani aku mengatakannya. Lebih aku sukai jikalau aku dijatuhkan dari atas langit daripada mengutarakannya." Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi Saw. bersabda Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, segala puji bagi Allah yang telah menolak tipu daya setan hingga hanya sampai batas bisikan belaka. Imam Abu Daud dan Imam Nasai telah meriwayatkannya melalui hadis Mansur, sedangkan menurut riwayat Imam Nasai ditambahkan Al-A'masy, keduanya dari Zar dengan sanad yang sama. Sumber

Bacaayat Al-Quran, Tafsir, dan Konten Islami Bahasa Indonesia. Baca ayat Al-Quran, Tafsir, dan Konten Islami Bahasa Indonesia Kerja Sama; Donasi; Paling Sering Dicari. 1 Hadis+at+taubah+ayat+105 2 Surat almaidah ayat 48 3 Surat almaidah48 4 Qur'an+Surat+almaidah+ayat+148 5 dalil+kitab+injil 6 Ad Dzariyat ayat 1 7 dalil+kitab+zabur 8 Surat Surat Al Falaq dan surat An Nas disebut-sebut menjadi penyebab sembuhnya Nabi Muhammad SAW yang kala itu terkena sihir. Beliau disihir oleh Labid bin Al-A’shom yang membuat beliau sakit parah. Mempelajari tafsir surat An Nas akan membuat siapa saja menjadi mengerti. Bahwa memohon perlindungan itu hendaknya hanya kepada Allah SWT. Berbicara soal permohonan perlindungan, surat An Nas ini bersama surat Al Falaq juga biasa disebut dengan al muawwidzatain yang artinya memang dua perlindungan. Teks Surat An Nas dan Terjemahannya Teks Arab dan Terjemahan Surat An Nas dari Ayat Pertama hingga Terakhir بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ – ١ 1 Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, مَلِكِ النَّاسِۙ – ٢ 2 Rajanya para manusia, اِلٰهِ النَّاسِۙ – ٣ 3 Sembahan para manusia, مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ – ٤ 4 Dari kejahatan bisikan setan yang bersembunyi, الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ – ٥ 5 Yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia, مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ࣖ – ٦ 6 Dari golongan jin dan manusia.” Tafsir Surat An Nas per Ayat Tafsir Surat An Nas Lengkap beserta Makna Tiap Ayatnya Singkatnya, dalam surat An Nas terdapat permohonan perlindungan kepada Allah SWT. Permohonan perlindungan ini menggunakan perantara 3 asma Allah yang sekaligus mencakup tiga makna keyakinan tauhid kepada Allah SWT. Adapun tiga asma tersebut ialah ar Rab, al Malik dan Ilaahi. Sedangkan untuk tafsir masing-masing ayat dalam surah An Naas, mulai dari ayat pertama, hingga terakhir dapat ialah sebagai berikut 1. Ayat Pertama Surat An Nas dibuka dengan kata qul yang artinya adalah katakanlah. Jika meninjau Tafsir Al Azhar, bisa diketahui bahwa kata ini bermakna katakanlah wahai utusan-Ku lalu ajarkan juga kepada mereka. Dilanjutkan dengan kata a’udzu yang diambil dari kata audz. Makna dari kata ini ialah menuju sesuatu untuk menghindari sesuatu yang ditakuti. Sementara Rabb bermakna kepemiliharaan, kepemilikan dan juga pendidikan yang melahirkan pembelaan dan juga kasih sayang. Sementara itu dalam Tafsir Fi Zilalil Qur’an dijelaskan bahwa Rabb ialah Tuhan yang Melindungi, yang Menjaga, yang Mengarahkan dan yang Memelihara. Dengan kata lain, yang dimaksud adalah Allah SWT yang menjadi Rabb segala makhluk. Baik dari kalangan jin, maupun manusia, segalanya kepunyaan Allah SWT. Akan tetapi, dalam ayat yang pertama ini kata Rabb lebih dikhususkan kepada manusia karena terdapat kata an naas setelahnya. An naas itu sendiri adalah kelompok manusia. Sehingga, yang ditekankan pada ayat ini, lebih pada manusia sebagai makhluk. 2. Ayat Kedua Ayat kedua ialah malikin naas yang artinya adalah raja manusia. Kata malik dalam ayat ini artinya adalah raja dan umumnya kata ini dipakai untuk menyebut penguasa yang mengurus manusia. Malik yang dimaksud di sini berbeda dengan maalik yang artinya pemilik. Karena maalik yang berarti pemilik umumnya dipakai untuk menyebutkan orang yang berkuasa atas sesuatu yang tidak bernyawa. Itulah mengapa dalam ayat kedua ini terdapat kata malik yang tidak dibaca panjang sebagaimana yang terdapat dalam surat Al Fatihah. Dalam Fi Zilalil Qur’an, al malik artinya adalah Tuhan yang Mengambil Tindakan, Tuhan yang Berkuasa dan Tuhan yang Menentukan Keputusan. Sedangkan dalam Tafsir Al Azhar, malik artinya adalah raja atau penguasa, sultan atau pemerintah tertinggi. Namun bila huruf mim dibaca panjang menjadi maalik artinya berubah menjadi yang memiliki. Secara gamblang, ayat yang kedua surat An Nas ini menjelaskan bahwasanya Allah SWT itu adalah malik, yakni penguasa yang memiliki kekuasaan tertinggi atas manusia. 3. Ayat Ketiga Makna Surah An Naas pada Ayat Ketiga Ayat ketiga adalah ilaahin naas. Kata ilahi asal katanya ialah aliha – ya’lahu. Artinya adalah menuju serta bermohon. Kemudian disebut dengan ilaah karena semua makhluk menuju dan juga bermohon kepada-Nya dalam memenuhi berbagai kebutuhan. Namun pendapat yang lain menyatakan bahwa kata ilaah arti awalnya adalah mengabdi atau menyembah. Jadi ilaah ialah Dzat yang disembah dan kepada Dia segala pengabdian tertuju. Sayyid Quthb telah menjelaskan bahwasanya al ilaah berarti Tuhan yang Berkuasa, Yang Mengurusi, Yang Mengungguli serta yang Maha Tinggi. Dalam sifat-sifat ini terkandung perlindungan dari kejahatan yang merasuk dalam dada sementara yang bersangkutan tidak paham cara menangkalnya. 4. Ayat Keempat Dalam ayat keempat terdapat kata syarr yang artinya adalah mudlarat atau buruk. Ibnu Qayyim al Jauziyah menyebutkan bahwa syarr itu mencakup dua hal, yakni yang mengantar pada sakit dan sakit itu sendiri. Sementara alwaswas pada awalnya artinya adalah suara yang amat halus. Arti ini selanjutnya berkembang menjadi bisikan dan umumnya merujuk pada bisikan negatif. Oleh sebab itu, sebagian ulama memahaminya dengan setan. Pasalnya, setan sering membisikkan rayuan dalam hati manusia. Sementara kata al khannas artinya adalah bersembunyi, mundur dan kembali. Jadi, maknanya adalah setan sering menggoda manusia kembali manakala dia lengah serta melupakan Allah SWT. Sebaliknya, setan akan mundur saat manusia mengingat Allah SWT. 5. Ayat Kelima Selanjutnya, ayat kelima dalam surat an nas menjelaskan antara manusia dan setan. Pada ayat ini, ditegaskan kembali bahwa Setan dapat dan akan selalu membisikkan keburukan bagi kaum manusia. Ayat kelima menyebutkan bahwasanya setan bisa membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia. Bisikan dari setan ini adalah ajakan kepada manusia agar taat kepadanya dengan kata-kata yang amat tersembunyi, namun bisa sampai dalam hati tanpa ada suara yang terdengar sedikitpun. Dalam surat lainnya, tepatnya Surat Al Hijr, Allah terlah berfirman وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَىٰ يَوْمِ الدِّينِ Dan sesungguhnya kutukan bagi setan itu akan tetap menimpamu sampai hari kiamat. قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ Iblis berkata “ya Tuhanku, kalau begitu maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari manusia dibangkitkan. Dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu Wata’ala menyebutkan bahwa kutukan terhadap Setan akan berlaku hingga akhir zaman. 6. Tafsir Surat An Nas Ayat Terakhir Tafsir Surat An Nas Ayat Ke Enam Ibnu Katsir memberikan penjelasan bahwa ayat 6 surat An Nas adalah tafsir dari ayat 5 sebelumnya. Dalam ayat 6 ini disebutkan tentang jin dan manusia. Sementara Sayyid Quthb memberikan penjelasan bahwa bisikan jin itu tidak bisa diketahui bagaimana terjadinya. Akan tetapi bekas-bekas pengaruhnya dalam kehidupan dan jiwa bisa dijumpai. Sedangkan manusia, diantara bisikan yang mereka lontarkan ada yang justru lebih berat dibandingkan dengan bisikan setan jin. Sayyid Quthb lantas memberikan contoh seseorang yang membisikkan kejahatan kepada temannya. Atau penasehat yang membisikkan kejahatan pada penguasa serta berbagai jenis bisikan lain yang bisa menjerumuskan. Itu juga termasuk golongan setan yang asalnya dari manusia. Dari tafsir surah An Naas tiap ayat tersebut, bisa dipahami bahwa setiap mukmin hendaknya senantiasa memohon perlindungan kepada Allah SWT dan membaca surat An Nas juga termasuk dalam upaya melindungi diri. Akhirnya, cukup sekian pembahasan mengenai tafsir surat An Nas dari Ayat Quran. Mudah mudahan dengan membaca dan memahami tafsir surah an naas ini, kita bisa dijauhkan dari rasa was was maupun bisikan iblis dan para pengikutnya. Akhirul kalam, billahi taufiq wal hidayah, wallahu a’lam bish showab. Waasalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. TafsirSurah An Nasr Ayat 1-6 merupakan surat yang termasuk dalam himpunan surah-surah makiyah. Surah ini terletak pada urutan ke 110 menurut susunan mushaf Usmani. Sebelumnya merupakan surat al Kafirun yang juga termasuk dalam surah-surah makiyah. Tafsir Surah An Nasr 1-6 ini berisi tentang infomasi kemenangan Nabi Muhammad saw merebut Mekah.

403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID EH5WCwd9WrZ1UDWV7RrE0KuaO0L91uy4izQZkqnINAm5WpQ5LWmBNQ==

BacaTafsir Surat Al-Infitar ayat 1. Cari apa pun di Al-Qur'an dan pahami kandungannya dengan teknologi pencarian AI dan sumber terpercaya di Learn Quran Tafsir. Blog. Tafsir Surat Al-Infitar: 1-12 Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, dan apabila lautan dijadikan meluap, dan apabila kuburan-kuburan 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID 7DZ0MkfieqBtuv_MPQuzpennAzi_x_WUsRqcn5Qq10m8r74PFjAeTw==
Apakahayat ini merupakan rincian dari firman-Nya: yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. (An-Nas: 5) Kemudian dijelaskan oleh firman berikutnya: dari (golongan)jin dan manusia. (An-Nas: 6) Hal ini menguatkan pendapat yang kedua. Dan menurut pendapat yang lainnya, firman-Nya berikut ini: dari (golongan) jin dan manusia.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID _5X4fdpK7gM-IyKq2tqxgqwaZKXcblaLI8ItkTWj14pHexTIF3etRA== . 74 155 62 103 2 433 182 146

tafsir surat an nas ayat 1 6